Menu Close

Baja Ringan Ramah Lingkungan?

Ilustrasi Apakah Baja Ringan Ramah Lingkungan - Rangka Atap Baja Ringan

Apakah baja ringan ramah lingkungan? Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita. Terlebih, ada klaim bahwa baja ringan adalah material yang eco-friendly.

Pertanyaan ini semakin menarik, mengingat baja ringan menjadi material populer yang banyak terlibat dalam konstruksi bangunan modern. Sejalan dengan itu, isu lingkungan juga menjadi permasalahan yang masih membutuhkan penyelesaian.

Kenapa Baja Ringan Disebut Ramah Lingkungan?

Perubahan iklim (climate change) yang merupakan salah satu dari permasalahan lingkungan ini dapat disebabkan oleh sektor konstruksi. Terutama jika dilakukan penebangan pohon secara liar untuk memenuhi kebutuhan konstruksi.

Mengutip dari laman babelprov.go.id, penebangan hutan menghasilkan emisi gas rumah kaca. Pasalnya, pohon yang ditebang tersebut akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya. Padahal, fungsi hutan untuk menyerap karbon dioksida, sedangkan penebangan hutan akan membatasi alam menyerap emisi di atmosfer.

Guna mengurangi dampak buruk tersebut, penggunaan material pengganti seperti baja ringan adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan.

Green Label ZINIUMBerdasarkan bakersteeltrading.co.uk, ada beberapa faktor yang membuat material logam seperti baja ringan disebut ramah lingkungan, di antaranya:

  1. Umur Panjang dan Daya Tahan

Baja ringan dikenal sebagai material yang kuat serta memiliki umur panjang. Karenanya, penggunaan baja ringan dapat membantu mengurangi pemakaian kayu, sehingga illegal logging pun dapat diminimalisir.

  1. Versatilitas

Baja ringan adalah material serbaguna dan bisa diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan konstruksi. Artinya dengan hadirnya baja ringan, pemakaian kayu juga dapat dikurangi.

Baca juga: Baja Ringan untuk Dek Lantai, Memang Bisa?

  1. Re-kontruksi

Baja ringan dapat digunakan ulang. Maksudnya, baja ringan dari hasil pembongkaran konstruksi sebelumnya dapat dimanfaatkan lagi untuk kebutuhan non konstruksi, seperti rak bunga, rak sepatu, jemuran, dan lain sebagainya.

  1. Emisi CO2Lebih Rendah

Energi untuk memproduksi bahan baku baja sudah berkurang selama beberapa tahun ini. Sementara produk samping karbon dioksida (CO2) dapat digunakan kembali ke dalam pengaplikasian lainnya.

Kabar baiknya, memproduksi baja daur ulang membutuhkan energi 60 persen lebih sedikit. Hal ini sebagaimana dikutip dari laman Institute of Scrap Recycling Industries (ISRI). Bahkan, proses ini mampu mengurangi emisi CO2 hingga 58 persen dibandingkan ketika produksi baja dari bahan baru.

  1. Tidak Ada Bahan Kimia atau Racun

Material baja ringan tidak mengeluarkan kimia maupun bahan beracun, sehingga aman untuk lingkungan.

***

Berdasarkan ulasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa baja ringan berpotensi menjadi material yang ramah lingkungan. Terlebih lagi jika bahan bangunan ini diproduksi secara berkelanjutan.

Memilih baja ringan dari produsen yang berkomitmen terhadap praktik eco-friendly adalah langkah penting untuk meminimalkan dampak pada lingkungan.

Baja ringan PT Kepuh Kencana Arum diproduksi dari bahan baku berkualitas dan ber-SNI, seperti ZINIUM® yang juga telah mendapatkan sertifikat Green Label Indonesia dari GPCI. Artinya, ZINIUM® telah telah terverifikasi ramah lingkungan.

 

DAFTAR PUSTAKA:

Baker, Tom. Is Structural Steel A Sustainable Material?. Diakses dari https://www.bakersteeltrading.co.uk/is-structural-steel-sustainable pada 21 September 2023.

Suriah, Darman. 2022. Menjaga Bumi Investasi Akhirat. Diakses dari https://dlhk.babelprov.go.id/content/menjaga-bumi-investasi-akhirat pada 20 September 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *